RESUME
STRUKTUR KATA
1.
Pengertian
Pilihan kata atau diksi adalah suatu
pengertian mengenai jalinan kata-kata yang dapat dipilih untuk dipergunakan
dalam suatu kondisi tertentu. Pilihan kata juga berbicara tentang pengelompokan
atau susunan kata-kata, gaya bahasa, dan
ungkapan.
Orang-orang
yang hidup di daerah pegunungan akan banyak menggunakan kata-kata, seperti
gunung, bukit, dan lembah. Sedangkan orang-orang yang hidup di daerah persawahan
akan menggunakan kata padi, menabur, menuai, dan lain-lain.
2.
Kata dan Makna
Sebuah kata mengandung aspek bentuk (yang
dapat diserap dengan panca-
indera),
dan aspek makna/isi (reaksi yang timbul dalam fikiran kita akibat dari rangsangan
oleh aspek tersebut).
Makna
lugas/makna leksikal dalam kamus dibedakan menjadi dua yaitu makna denotatif
dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang tidak
mengandung perasaan-perasaan tambahan, sedangkan makna konotatif adalah
makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, dan nilai rasa
tertentu.
3.
Kata Umum dan Kata
Khusus
Sebuah kata dikatakan kata umum apabila
dipertentangkan dengan kata yang ternyata bersifat lebih sempit cakupannya.
Kata warna lebih umum dari kata merah. Akan tetapi, kata merah
lebih umum dari kata merah hari, merah darah,
dan
merah jambu. Dengan demikian, kata yang khusus-pada suatu kondisi
tertentu, akan menjadi kata umum pada kondisi lain. Kata yang mempunyai frekuensi pemakaian yang tinggi adalah
kata yang umum, sedangkan kata yang memiliki frekuensi pemakaian yang rendah adalah kata yang khusus.
Rumah,
makan, adalah kata umum. Sedangkan vila, anjungan, graham, sarapan, mengudap
adalah kata khusus.
Dalam
hubungan ini ada hubungan yang erat antara makna denotatif dan makna konotatif.
Hubungannya
terlihat seperti contoh di bawah ini:
mentari – matahari
jauh-jauh
hari – lama sebelumnya
warna
suara – warna meja
wafat,
mangkat – meninggal
nyaris
– hampir
manis
– cantik
4.
Ungkapan Idiomatik
Yaitu ungkapan yang sudah tetap, tidak
boleh dipisahkan, tidak dapat diubah, ditambah, dikurangi, atau dihilangkan.
Unsur itu merupakan satu kesatuan senyawa.
Contoh:
a. Dalam
perjalanan itu kami bertemu dengan seorang pecinta alam.
b. Para
peserta pertemuan itu terdiri atas berbagai disiplin ilmu.
c. Berhubungan
dengan pemasukan uang tidak banyak, para yatim piatu tidak disantuninya.
Beberapa ungkapan idiomatik
lainnya adalah
bersamaan dengan berkenaan dengan
berkaitan dengan terdiri
atas
terbuat dari luput
dari
terlepas dari diberikan
kepada
disediakan untuk berbicara
tentang
disediakan bagi baik ...
maupun
tidak ... tetapi bukan
... melainkan
5.
Ungkapan Penghubung
Ada dua ungkapan penghubung, yaitu
antarkalimat dan intrakalimat. Ungkapan penghubung antarkalimat adalah ungkapan
penghubung yang berfungsi menghubungkan makna atau isi. Antara lain
dengan
demikian, oleh sebab itu, oleh karena itu, setelah itu, kemudian, namun,
walaupun demikian, akan tetapi, dan meskipun demikian.
Ungkapan
penghubung antarkalimat ini selalu ditempatkan di awal kalimat.
Ungkapan
penghubung intrakalimat antara lain
baik
... maupun ketika dan
antara
… dan setelah atau
seperti sebelum sedangkan
misalnya tetapi melainkan
…
demikian sehingga karena
bukan
… melainkan tidak … tetapi serta
Contoh
kalimat:
a. Anaknya
yang kecil, misalnya, baru saja lahir.
b. Kita
memerlukan peralatan, seperti meja dan kursi.
c. Tulisan
yang Bapak tulis kurang jelas. Demikian maksud saya.
6.
Pemakaian Kata Depan
Pemakaian kata depan dalam sebuah kalimat
perlu diperhatikan agar tidak terjadi salah penafsiran yang keliru. Kata depan
yang perlu diperhatikan
pemakaiannya
adalah dari, daripada, kepada, tentang, ke, di, untuk’ bagi, dan sebagainya.
7.
Pemakaian Kata yang Salah
Beberapa patokan yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut
a. Hindari
kata yang muncul dengan makna yang ganda.
b. Pertimbangkan
kepantasan sebuah kata hadir dalam sebuah kalimat.
c. Hindari
pemakaian kata asing yang berlebihan.
d. Hindari
penggunaan bahasa atau unsur substandard atau nonstandard dalam situasi normal.
e. Hindari
kata-kata yang using.
8.
Peluluhan Kata
Peluluhan terjadi pada awalan kepada kata
dasar. Awalan yang meluluhkan awal kata dasar adalah awalan me- dan awalan pe-.
Kedua awalan ini, apabila bergabung dengan kata dasar yang dimulai dengan huruf
/s/, /p/, /t/, /k/, harus luluh sehingga menghasilkan bunyi yang sesuai dengan
produk bunyi yang dihasilkan oleh daerah artikulasi. Peluluhan kata itu antara
lain
a. Kata
dasar berawalan huruf /S/ (me- menjadi meny-)
Misalnya:
Me- + sehat, sukses,
sejahtera, sikap, sabot = menyehatkan, menyukseskan, menyejahterakan, menyikapi,
menyabot.
b. Kata
dasar berawalan huruf /P/ (me- menjadi mem-)
Misalnya:
Me- + paham, perkara,
periksa, pesona, perkosa = memahami, memerkarakan, memeriksa, memesona, memerkosa.
c. Kata
dasar berawal huruf /t/ (me- menjadi men-)
Misalnya:
Me- + tahan, taat,
terjemah, tertawa, takdir = menahan, menaati, menerjemahkan, menertawakan,
menakdirkan.
d. Kata
dasar berawalan huruf /K/ (me- menjadi meng-)
Misalnya:
Me- + kail, kaji,
kader, kilat, kambing hitam = mengail, mengaji (membaca kitab suci),
mengaderkan, mengilatkan, mengambinghitamkan.
Namun dalam ranah /s/,
/p/, /t/, /k/, terkadang ada pula kata-kata yang tidak diluluhkan.
Misalnya:
Me/pe + kaji =
mengkaji, pengkajian.
Me/pe +Tinju = meninju,
petinju, peninju.
Pe + tatar = petatar,
penatar.
Pe + taruh = petaruh, penaruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentarmu di sini ^^