Media Berbagi Ilmu

Selamat datang di blogg Media Berbagi Ilmu.

Jumat, 14 Oktober 2011

PEMAKAIAN TANDA BACA






RESUME PEMAKAIAN TANDA BACA
A.   Tanda Titik Koma (;)
1.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Dari sisi kontribusi terhadap penjualan; sekitar 60% penjualan buku anak masih berasal dari buku-buku anak terjemahan. (warta IKAPI edisi Januari-Maret 2009 halaman 4)
Hari sudah malam; Ayah belum pulang juga.
2.      Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:

1
 
Kakak membantu Ibu memasak di dapur; Ayah pergi kekantor; Adik bernain di taman; aku sendiri mengerjakan tugas kuliahku.
B. 

2
 
Tanda Titik Dua (:)
1.      a.  Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Karakteristik tokoh yang disukai anak-anak kurang lebih sama: nakal, cerdik, namun baik hati. (majalah Warta IKAPI edisi Januari-Maret 2009 halaman 10)
b.  Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Sebagian besar anak-anak suka dengan karakteristik tokoh yang nakal, cerdik, namun baik hati.
2.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a.       Ketua              : Muhammad Sofiullah
Sekretaris        : Heni
Bendahara       : Adnan Ubaedi
3.      Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

3
 
Misalnya:
Kakak  : “Ayah ke mana, Dik?”
Adik    : “Aku tidak tahu, Kak, coba tanya Ibu.”
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Media Indonesia, II(1979), 25:8
QS Albaqarah: 188 (majalah Warta IKAPI edisi Januari-Maret 2009 halaman 23)
Karangan Taufiq Pasiak, Membangunkan Raksasa Tidur: Optimalkan Kemampuan Otak Anda dengan Metode ASLLISA, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.

C. Tanda hubung (-)
1.    Tanda hubung penyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
               pergantian baris.


4
 
Misalnya:
Pria berperawakan kecil ini menata buku-buku dagangannya. (majalah Warta IKAPI edisi Januari-Maret 2009 halaman 21)
2.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Buku-buku di rumahnya di-
angkut ke kios dengan gerobak. (majalah Warta IKAPI edisi Januari-Maret 2009 halaman 21)
3.      Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Cerita-cerita
Laki-laki
Buku-buku
4.      Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
                        Te-ra-pi

5
 
                        11-04-2011
5.      Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
Ber-karakter
Tiga puluh lima-ribuan (35×5000)
6.      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
Minimnya serbuan komik di dekade 1970-an hingga 1980-an, menjadikan Indonesia kaya akan cerita anak bermutu.
7.      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash


D.  

6
 
Tanda Pisah (−−)
1.      Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Seorang editor—mau tak mau—sering berada di luar kantor. (dikutip dari Buku Pintar Penyuntingan Naskah karya Pamusuk Eneste halaman 11)
2.      Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Buku best seller itu—Laskar Pelangi—sangat laku di toko-toko buku di Indonesia.
3.      Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai’.
Misalnya:
2009—2014
Tanggal 6—8 April 2011
Bandung—Surabaya


7
 
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

     E. Tanda Elipsis (…)
1.  Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
                         Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2.      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Aku suka … Aku ingin … (dikutip dari buku Mengikat Makna karangan Hernowo, halaman 58)
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.


8
 
Misalnya:
            Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati….

F. Tanda Petik (“…”)
1.   Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan    
       naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Di mana aku, dan apa yang sedang terjadi padaku?” Aladdin berteriak.
(dikutip dari buku Mengikat Makna karangan Hernowo, halaman 54)
Bunyi sila ke-2 Pancasila yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
2.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, Dari Suatu tempat.
3.      Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

9
 
Misalnya:
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4.      Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Dalam QS. Al-Baqarah ditegaskan, “Janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil” (ayat 188). (majalah Warta IKAPI edisi Januari-Maret halaman 23)
5.      Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Mang Ujang disebut “Juragan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.




10
 
     G. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1.    Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Yuni, “Apa kamu mendengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2.      Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya:
Crime ‘kejahatan’
Accusation ‘tuduhan’



H.     Tanda Tanya (?)
a.       Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
      Troy mengatakan bahwa apakah perusahaan akan menghormatinya.
      Seharusnya ditulis:
      Troy mengatakan apakah perusahaan akan menghormatinya?
(Koran Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 25)
b.      Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Secara kasatmata mungkin terdapat lebih dari 200 toko dan pedagang kaki lima di sepanjang jalan Ciledug Raya.
Seharusnya ditulis:
Secara kasatmata mungkin terdapat lebih dari 200 toko (?) dan pedagang kaki lima di sepanjang jalan Ciledug Raya.
(Koran Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 25)


I.     Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
       Misalnya:
            Dinas perhubungan menegur keras pengelola yang telah lalai itu.
            Seharusnya ditulis:
Dinas perhubungan menegur keras pengelola yang telah lalai itu!
(Koran Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 26)
Merdeka!
Tolong ambilkan sepatuku!

J.     Tanda Kurung ((…))
a.       Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Diberi nama andungu karena pada zaman dulu di depan rumah ini terdapat tugu perang (andungu).
(Koran Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 24)
b.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Dana ini untuk keperluan belanja operasional (termasuk gaji pegawai) dana belanja publik.
(Koran Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 25)
c.       Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kapasitas panas bumi yang dimiliki Indonesia mencapai 27 gigawatt (GW).

Kalimat di atas dapat ditulis:
Kapasitas panas bumi yang dimiliki Indonesia mencapai 27 gigawatt.
(Koran Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 21)
d.      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. (Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan halaman 44)
K.     Tanda Kurung Siku ([…])
a.       Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
      Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b.      Tand kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-78] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini. (Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan halaman 49)

L.     Tanda Garis Miring (/)
a.       Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya:
      No. 7/PK/1973
      Jalan Kramat Jati I/12
b.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
Nasib buruk dialami pasangan Bona Septano/Mohammad Ahsan.
(Koran Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 28)

M.     Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
        Misalnya:
Imigran tersebut rencananya ‘kan diantar ke Australia.
Seharusnya ditulis:
Imigran tersebut rencananya akan diantar ke Australia.
(Koran Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 23)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri komentarmu di sini ^^