RESUME PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya:
Dari sisi kontribusi terhadap penjualan;
sekitar 60% penjualan buku anak masih berasal dari buku-buku anak terjemahan.
(warta IKAPI edisi Januari-Maret 2009 halaman 4)
Hari sudah malam; Ayah
belum pulang juga.
2. Tanda
titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
|
B.
|
1. a.
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap
jika
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Karakteristik tokoh yang disukai anak-anak kurang
lebih sama: nakal, cerdik, namun baik hati. (majalah Warta IKAPI edisi Januari-Maret 2009 halaman 10)
b.
Tanda titik dua tidak dipakai jika
rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Sebagian
besar anak-anak suka dengan karakteristik tokoh yang nakal, cerdik, namun baik
hati.
2. Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Muhammad Sofiullah
Sekretaris : Heni
Bendahara : Adnan Ubaedi
3. Tanda
titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
|
Kakak : “Ayah ke mana, Dik?”
Adik : “Aku tidak tahu, Kak, coba tanya Ibu.”
Tanda
titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Media
Indonesia, II(1979), 25:8
QS
Albaqarah: 188 (majalah Warta IKAPI
edisi Januari-Maret 2009 halaman 23)
Karangan
Taufiq Pasiak, Membangunkan Raksasa
Tidur: Optimalkan Kemampuan Otak Anda dengan Metode ASLLISA, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
C. Tanda hubung (-)
1. Tanda hubung penyambung suku-suku kata
dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
|
Pria
berperawakan kecil ini menata buku-buku dagangannya. (majalah Warta IKAPI edisi Januari-Maret 2009
halaman 21)
2. Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan
bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Buku-buku
di rumahnya di-
angkut
ke kios dengan gerobak. (majalah Warta
IKAPI edisi Januari-Maret 2009 halaman 21)
3. Tanda
hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Cerita-cerita
Laki-laki
Buku-buku
4. Tanda
hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
Te-ra-pi
|
5. Tanda
hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
Ber-karakter
Tiga
puluh lima-ribuan (35×5000)
6. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan
rangkap.
Misalnya:
Minimnya
serbuan komik di dekade 1970-an hingga 1980-an, menjadikan Indonesia kaya akan
cerita anak bermutu.
7. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash
D.
|
1. Tanda
pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat.
Misalnya:
Seorang
editor—mau tak mau—sering berada di luar kantor. (dikutip dari Buku Pintar Penyuntingan Naskah karya
Pamusuk Eneste halaman 11)
2. Tanda
pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Buku
best seller itu—Laskar Pelangi—sangat laku di toko-toko buku di Indonesia.
3. Tanda
pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai’.
Misalnya:
2009—2014
Tanggal
6—8 April 2011
Bandung—Surabaya
|
Dalam
pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.
E. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang
terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda
elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Aku
suka … Aku ingin … (dikutip dari buku Mengikat
Makna karangan Hernowo, halaman 58)
Catatan:
Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah
titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir
kalimat.
|
Dalam tulisan, tanda baca harus
digunakan dengan hati-hati….
F.
Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Di
mana aku, dan apa yang sedang terjadi padaku?” Aladdin berteriak.
(dikutip
dari buku Mengikat Makna karangan
Hernowo, halaman 54)
Bunyi
sila ke-2 Pancasila yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
2. Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah
“Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa,
Dari Suatu tempat.
3. Tanda
petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
|
Ia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4. Tanda
petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Dalam
QS. Al-Baqarah ditegaskan, “Janganlah
sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil”
(ayat 188). (majalah Warta IKAPI
edisi Januari-Maret halaman 23)
5. Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Mang Ujang disebut “Juragan”; ia
sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda
petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.
|
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang
tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya
Yuni, “Apa kamu mendengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2. Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya:
Crime
‘kejahatan’
Accusation
‘tuduhan’
H. Tanda Tanya (?)
a. Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Troy
mengatakan bahwa apakah perusahaan akan menghormatinya.
Seharusnya
ditulis:
Troy
mengatakan apakah perusahaan akan menghormatinya?
(Koran
Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 25)
b. Tanda
tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Secara kasatmata mungkin terdapat lebih
dari 200 toko dan pedagang kaki lima di sepanjang jalan Ciledug Raya.
Seharusnya ditulis:
Secara kasatmata mungkin terdapat lebih
dari 200 toko (?) dan pedagang kaki lima di sepanjang jalan Ciledug Raya.
(Koran
Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 25)
I. Tanda Seru (!)
Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Dinas perhubungan menegur keras
pengelola yang telah lalai itu.
Seharusnya ditulis:
Dinas
perhubungan menegur keras pengelola yang telah lalai itu!
(Koran Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember
2010 halaman 26)
Merdeka!
Tolong
ambilkan sepatuku!
J. Tanda Kurung ((…))
a. Tanda
kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Diberi nama andungu karena pada zaman dulu di depan rumah ini terdapat tugu
perang (andungu).
(Koran
Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 24)
b. Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Dana ini untuk keperluan belanja
operasional (termasuk gaji pegawai) dana belanja publik.
(Koran
Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 25)
c. Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kapasitas panas bumi yang dimiliki
Indonesia mencapai 27 gigawatt (GW).
Kalimat di atas dapat ditulis:
Kapasitas panas bumi yang dimiliki
Indonesia mencapai 27 gigawatt.
(Koran
Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 21)
d. Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Tanda
titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. (Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan halaman 44)
K. Tanda Kurung Siku ([…])
a. Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Misalnya:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tand
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya
[lihat halaman 35-78] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini. (Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan halaman 49)
L. Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda
garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No.
7/PK/1973
Jalan
Kramat Jati I/12
b. Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan,
atau, atau tiap.
Misalnya:
Nasib buruk dialami pasangan Bona
Septano/Mohammad Ahsan.
(Koran
Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 28)
M. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda
penyingkat atau apostrof menunjukan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Misalnya:
Imigran tersebut rencananya ‘kan diantar
ke Australia.
Seharusnya ditulis:
Imigran tersebut rencananya akan diantar
ke Australia.
(Koran
Kompas, edisi Sabtu, 11 Desember 2010 halaman 23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentarmu di sini ^^