CERITA FIKSI/ CERPEN
Cerita fiksi atau yang biasa kita
kenal dengan cerita pendek (cerpen) adalah sebuah cerita rekaan, khayalan,
imajiner, hasil olahan dari sang pengarang tentang alur, tema, setting, maupun
tokoh atau penokohan. Namun, cerita fiksi tidak harus berasal dari cerita yang
imajiner/ khayalan, melainkan bisa juga berasal dari kisah nyata/ fakta, tetapi
tetap memiliki unsur fiksi/ rekaan.
cerita fiksi tergolong kedalam
beberapa ruang lingkup, diantaranya:
1. Puisi, yaitu bait bait kalimat yang
memiliki cerita tersendiri tentang sesuatu hal. Walaupun puisi terkadang di
angkat dari kisah-kisah yang nyata yang pernah atau telah terjadi, namun puisi
dapat tergolong kedalam cerita yang
imajiner.
Contoh: Puisi tentang tsunami di
Aceh, tentang bencana gempa, dll.
2. Prosa
Prosa terbagi menjadi dua, yaitu
cerpen dan novel (roman). Sehingga dalam prosa inilah cerpen dan novel berada. Ada juga jenis
prosa yang lebih pendek dari novel, tetapi lebih panjang dari cerpen yang disebut novellet. Cerpen, novelett atau novel,
tergolong tulisan kreatif (creative writing).
3. Lakon
Lakon disini terbagi kedalam lakon
yang tradisional dan modern.
4. Film
Film adalah satu bentuk cerita yang
di buat oleh sang pengarang yang diwujudkan dalam bentuk visual, memiliki
gambar, alur cerita, setting yang jelas. Film dapat juga diangkat dari cerita
yang fiksi namun juga dapat diangkat dari cerita yang nyata. Seperti misalnya
film “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata.
Cerpen dan Novel
Seperti yang teruraikan diatas,
cerpen adalah cerita pendek yang berupa imajinasi si pengarang ataupun cerita
factual yang memiliki unsure fiksi. Dalam cerpen, cerita relatif tidak
dikembangkan secara detail sehingga ceritanya bisa dikemas menjadi pendek.
Namun tidak selalu begitu, secara khusus cerpen juga bisa menjadi cerita yang
panjang, seperti cerpen Umar Kayam (Sri Suamarah dan bawuk). Sedangkan novel
umumnya bias lebih panjang dari cerpen, karena didalam novel semua unsur
seperti konflik, setting, plot, alur, tokoh-penokohan, dapat dikembangkan
dengan bebas sehingga cerita dapat
dibawakan secara detail.
Unsur-Unsur Fiksi (Cerpen):
1. Tema
Tema merupakan salah satu unsur
terpenting dalam cerita, tanpa adanya tema, sebuah cerita tidak akan bisa
terbangun.
2. Tokoh atau Penokohan
Tokoh dalam sebuah cerita baik cerita
rekaan maupun fakta, merupakan salah satu unsur yang juga penting. Tokoh
merupakan pelaku cerita, tokoh itu sendiri terbagi menjadi tokoh protagonis dan
antagonis. Walaupun kedua tokoh ini saling berlawanan, namun bukan berarti
keduanya musuh. Hanya saja istilah antagonis atau protagonis dipakai untuk
membedakan tokoh yang berbeda kepentingan agar konflik didalam cerita dapat
terbangun dengan baik. Tokoh dalam cerita pun tidak harus manusia saja,
melainkan dapat juga benda-benda lain seperti hewan, tumbuhan, air, angin, dll.
Adapun Metode
penokohan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. secara langsung/analitik
2. secara tidak langsung/dramatik :
a. Digambarkan melalui tempat/ lingkuangan sang tokoh.
b. Digambarkan melalui percakapan sang tokoh/ tokoh lain.
c. Digambarkan melaui pikiran sang tokoh/ tokoh lain.
1. secara langsung/analitik
2. secara tidak langsung/dramatik :
a. Digambarkan melalui tempat/ lingkuangan sang tokoh.
b. Digambarkan melalui percakapan sang tokoh/ tokoh lain.
c. Digambarkan melaui pikiran sang tokoh/ tokoh lain.
3. Konflik
Konflik juga merupakan unsur yang
penting didalam membangun sebuah cerita. Dengan adanya konflik ini, cerita
seakan menjadi hidup, tidak hanya menjadi sebuah cerita saja. Ibaratnya,
konflik dalam cerita adalah warna dalam plot cerita, konflik dapat memberikan
kesan tersendiri bagi si pembaca, bisa mendebarkan, mengharukan, serta ada
cerita yang dapat menarik perhatian pembaca.
4. Setting
Unsur yang ke-empat ini adalah
setting. Setting merupakan unsur yang juga penting didalam cerita. Latar dapat berupa tempat, waktu, atau keadaan. Dengan demikian,
latar (setting) berkaitan dengan tempat cerita berlangsung, kapan terjadinya
cerita tersebut, atau dalam keadaan bagaimana cerita tersebut terjadi. Didalam setting terdapat waktu dan
tempat yang digambarkan, misalnya saja: hari, jam, masa, minggu, dll. Contohnya
ketika awal abad ke-20 (1908) Cerpen Bumi Manusia & jejak langkah.
Tempat didalam cerita dapat dibangun
dengan tempat yang real (nyata) dan juga imajinasi (Khayalan/ fiktip).
Adapun penggolongan cerpen antara
lain adalah:
a.
Cerita Pendek (short story)
b. Cerita pendek
yang pendek (short, short story)
c. Cerita pendek
yang sangat pendek (very short-short
story)
Biasanya cerpen yang ideal adalah sebagai berikut:
·
Ditulis terdiri dari 3.000 atau 4.000 kata.
·
Bahasa dan isinya mudah dipahami. Dengan demikian, cerpen tersebut dapat di baca kurang
dari satu jam dan isinya tidak terlupakan oleh pembacanya sepanjang waktu.
Walaupun cerita dari cerpen yang
dibuat beraneka ragam, akan tetapi pasti memiliki persamaan, yaitu:
·
Bercerita tentang manusia atau sesuatu yang
dimanusiakan.
·
Menyajikan satu peristiwa (lampau, sekarang atau yang
akan datang).
·
Jumlah tokoh yang ditampilkan satu atau paling banyak
tiga orang bahkan lebih.
·
Kurun waktu peristiwa sangat terbatas.
·
Pada umumnya, karya dipublikasikan di media masa
sebelum diterbitkan dalam bentuk kumpulan cerpen.
·
Mengandung elemen plot, sudut pandang, tokoh/ pelaku,
dialog, konflik, setting dan suasana hati.
Langkah-langkah dalam menulis cerpen
antara lain:
1.
Observasi (pengamatan)
dan Menentukan Tema
2.
Menyusun Rincian
Tema
3.
Memilih Kata
Sedangkan cara memulai menulis cerpen adalah:
1.
Satu cerpen hanya boleh
fokus pada satu tema, dimana tema sekaligus merupakan pesan moral yang hendak
disampaikan kepada pembaca.
2.
Tema cerita harus fokus, sempit, ketat, terbatas.
Hindari godaan untuk memperlebar tema.
3.
Struktur Cerpen : Dimulai dengan memunculkan masalah
yang dihadapi karakter, mengetengahkan bagaimana cara karakter mengatasi
masalahnya & diakhiri dengan perubahan terhadap karakter sebagai
pelajaran/akibat dari permasalahan itu.
4.
Tak cukup ruang untuk mendeskripsikan latar tempat.
Bila anda menuliskan tindakan seorang tokoh memberi uang tip pada room boy,
maka tak perlu lagi menjelaskan kepada pembaca bahwa tempat kejadian itu berlansung disebuah hotel.
5.
Untuk mengefektifkan ruang, maka jenis/ bentuk konflik
yang terjadi harus jelas dan dapat segera diidentifikasi pembaca sejak paragraf
pembuka. Kalimat pertama harus menggugah pembaca untuk bertanya.
6.
Cerpen tidak mengenal plot yang kompleks/rumit. Tapi
harus ada satu konflik hebat yang terjadi diantara karakter (baik internal
maupun eksternal)
7.
Karakter harus memiliki satu konflik internal (versus
dirinya sendiri) dan satu konflik eksternal (versus karakter lain, masyarakat
atau dengan alam). Seluruh cerita bermuara pada konflik itu.
8.
Puncak cerita adalah saat krisis pada konflik, dimana
tokoh utamanya membuat keputusan yang menuju kearah penyelesaian konflik.
9.
Akhir cerita adalah saat tokoh belajar dari akibat
krisis konflik tersebut.
10. Cukup hadirkan
2 atau maksimal 3 karakter. Berfokuslah pada 1 karakter saja untuk ditonjolkan,
dengan catatan hindari menceritakan latar belakang (backstory) karakter
bersangkutan.
11. Karakter
ditunjukkan (show), tidak dikatakan (don’t tell) lewat daftar
ciri-ciri fisik atau sifatnya. Bukan berarti melukiskannya secara rinci.
Contohnya, karakter yang memakai tanda seru setiap akhir dialog akan
teridentifiksi dengan sendirinya oleh pembaca sebagai karakter pemarah, arogan,
egois.
12. Sedapat mungkin
hindari kata sifat dan kata keterangan. Utamakanlah pemakaian kata kerja aktif,
bukan kata kerja pasif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentarmu di sini ^^