Konfigurasikan

Jumat, 04 November 2011

Jual Roti Demi Membantu Sang Ayah

Jual Roti Demi Membantu Sang Ayah

Sabtu sore...
      Suara lantang dua orang anak kecil tiba-tiba memecah keramaian jalan di sore hari. Bahkan, tak khayal teriakan mereka turut menjadi perhatian bagi beberapa warga yang dihampirinya. Kulihat dari balik jendela rumahku, rupanya suara itu keluar dari dua mulut mungil sepasang anak yang entah dari mana asalnya.

“Roti… Roti...! Bu..., Pak... Roti..."
Ya, itulah suara lantang yang keluar dari mulut mungil kedua anak itu. Dua anak kecil yang menjajakan roti dengan cara berkeliling di Kampung Candi, Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin, Bogor, setiap sore hari menjelang buka puasa.

       Entah kenapa, naluriku kembali terpanggil untuk mengetahui lebih jauh siapa sebenarnya kedua sosok anak kecil tersebut. Aku mulai dekati mereka, bersikap selayaknya pembeli yang ingin membeli roti-roti yang mereka jajakan. Dan, perlahan-lahan akhirnya aku mulai tau siapa mereka yang sebenarnya.

       Adalah Anip dan Anis, dua kaka beradik yang masih duduk di kelas empat sekolah dasar itu sudah berusaha mencari uang sendiri dengan cara menjajakan roti keliling di kampungnya. Namun, Roti yang mereka jajakan rupanya bukan milik kedua orang tuanya, melainkan milik Pak Bani, salah seorang tetangganya. Orang tua Anip dan Anis tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, beliau bukan seorang buruh tani ataupun wiraswasta. Rupanya beliau hanyalah seorang Guru Mengaji di kampungnya yang mengais rejeki seadanya, sedangkan ibu mereka sudah meninggal beberapa tahun silam. Penghasilan orang tua Anip dan ANis tentu sangatlah minim, mungkin karena keadaan itulah yang memaksa kedua anak tersebut mau berusaha mencari tambahan uang jajan sendiri demi membantu sang Ayah. Namun, upah yang diterima Anip dan Anis rupanya hanya Rp3000, itupun kalau roti yang mereka jajakan tersebut habis terjual. “Buat uang jajan sekolah, tapi buat ditabung juga siapa tau bisa beli baju lebaran sendiri,” jawab Anis.
Berjualan seperti itu rupanya sudah dilakukan Anip dan Anis cukup lama, bukan hanya roti, melainkan apapun yang bisa mereka jual dari tetangganya. "Kami cuma kuli," katanya.

         Setapak demi setapak langkah pendek mereka mengitari jalan Kampung Candi, mereka terlihat untuk terus mencoba mencari pembeli yang ingin membeli roti-roti mereka tanpa kata "menyerah". Namun, terkadang nasib berkata lain, kadang roti yang mereka jajakan tersebut tidak habis atau bahkan tidak laku lantaran orang-orang sudah membelinya dari pasar atau supermarket. Akan tetapi mereka tidak pernah putus asa, beberapa kilometer perjalanan tak pernah menjadi keluhan bagi kedua anak tersebut untuk terus menjajakan roti yang mereka tanggung di pundak mungilnya. Bagi mereka, itu sudah menjadi tantangan tersendiri dalam menjual roti-rotinya.

     Saat mereka berjualan, Baik Anip maupun Anis tidak pernah menggunakan alas kaki sekalipun mereka harus berjalan beratus-ratus meter jauhnya untuk menjajakan roti-roti itu, nampaknya kedua kaki mereka sudah cukup kebal untuk menahan hujatan bebatuan yang ada di jalanan. Kerikil-kerikil kecil di sepanjang jalan yang mereka lewati...nampaknya tak mereka hiraukan. “Gak apa-apa, udah biasa ka, lagian hari udah sore jadi jalanannya juga udah enggak panas,” ujar Anip sembari tersenyum.

     Niat tulus kedua anak tersebut untuk membantu kedua orang tuanya begitu patut untuk ditiru, walaupun umur mereka masih belia, namun keduanya begitu semangat dalam mencari sepeser uang demi membantu ayahnya. Anip dan Anis rupanya  memiliki cita-cita yang mulia, keduanya ingin mejadi seorang guru agar bisa mengajar anak-anak seusianya kelak di masa depan nanti. “Pengen jadi guru SD, biar bisa ngajar temen-temen yang seusiaku juga,supaya mereka bisa jadi orang-rang yang berguna,” ungkap Anip yang diamini Anis. Mereka berharap agar roti dagangannya hari itu dapat laku terjual semua agar mereka bisa mendapatkan upah sekalipun hanya Rp3000. Ya, sekali lagi bisa kita bayangkan bahwa begitu berartinya uang sebesar itu bagi anak-anak seperti Anip dan Anis.


melihat semangat dan cita-citanya...
Semoga... Anip dan Anis kelak menjadi anak-anak yang kian tumbuh dengan kesuksesan, biarkan takdir dan keridhoan-Nya yang menentukan, sekalipun keterbatasan menjadi perjuangan yang penuh cerita tersendiri  bagi mereka...
Semoga...


Faisal A. Habibullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri komentarmu di sini ^^